Sobat Jadul! Ayo ngaku, siapa yang suka kepo kalo lihat kendi atau kuali tanah di rumah nenek? Yup, itulah gerabah. Perkakas tradisional yang udah ada sejak zaman dulu ini terbuat dari tanah liat dan dibentuk dengan tangan.
Meski sekarang udah serba modern, gerabah nyatanya tetap eksis dan banyak digemari. Nggak cuma fungsional, gerabah juga punya daya tarik klasik yang bikin suasana rumah jadi lebih vintage. Yuk, kita kepoin lebih dalam.
Baca juga: Auto Nostalgia! 7 Rekomendasi Jajanan Jadul Gurih Bikin Nagih
Sejarah Gerabah, Si Perkakas Andalan

Pengrajin Gerabah Asal Cirebon (Foto: cirebonkab.go.id)
Dilansir dari gramedia.com, awal mula gerabah itu dari kebiasaan masyarakat zaman dulu yang pakai keranjang anyaman buat nyimpen makanan, tapi biar nggak bocor, mereka melapisinya dengan tanah liat.
Pas kena api, anyaman habis terbakar, tapi tanah liatnya jadi wadah keras. Dari situ lahirlah gerabah, yang pertama muncul di Cina sekitar 4000 SM, awalnya buat perkakas rumah tangga seperti kendi dan kuali. Lama-lama, fungsinya meluas jadi bahan bangunan seperti genteng dan tegel.
Perkakas tradisional ini ada dua jenis, lho. Pertama yang bisa menyerap air, seperti kendi, kuali, bata merah, dan tungku. Sedangkan jenis kedua adalah yang nggak bisa menyerap air, seperti cangkir, piring, guci, dan lain-lain.
Kalo di Indonesia, gerabah berkembang sejak zaman Mesolithikum Akhir, waktu manusia mulai kenal dengan bercocok tanam.
Hal ini diperkuat dengan bukti sejarah seperti, penemuan Kendeng Lembu di Banyuwangi, Kelapa Dua di Bogor, Serpong di Tangerang, Kalumpang dan Minanga Sipakka di Sulawesi, sekitar bekas Danau Bandung, dan Peso di Minahasa.
Baca juga: Jejak Sejarah Kuda Lumping, Seni Tradisional yang Bikin Mata Gak Bisa Berpaling!
Cara Membuat Gerabah
Proses pembuatannya juga nggak sembarangan, lho! Ada beberapa tahap yang harus dilewati. Pertama-tama tentu aja harus nyiapin alat dan bahan yang diperlukan.
Bahan utama gerabah adalah tanah liat dan pasir, dengan meja putar sebagai alat bantu. Tanah liatnya harus berkualitas supaya hasilnya kuat dan nggak mudah retak.
Membuat gerabah butuh kesabaran dan kreativitas. Tanah liat yang masih abstrak dibentuk perlahan sesuai desain perajin. Setelah terbentuk, gerabah dijemur di bawah matahari sampai kering merata. Lama penjemuran tergantung cuaca.
Lalu, gerabah dibakar dalam tungku khusus dengan suhu 800-1000°C agar kokoh dan tahan lama. Terakhir, proses finishing. Gerabah dihias atau diberi warna biar makin cantik dan punya nilai jual lebih tinggi.
Keistimewaan Perkakas Jadul
Gerabah itu warisan budaya yang keren banget. Nggak heran kalau sampai sekarang masih banyak yang pakai. Selain fungsional, gerabah juga punya nilai estetika yang bikin rumah makin kece.
Baca juga: Hidden Gem di Bogor! Kampung Kaleng Citeureup, Surga Perkakas Jadul
Jadi, sebagai generasi yang mendukung gerakan #BanggaLokal, tentu aja kita harus melestarikan gerabah agar tetap terjaga dengan baik. Nggak cuma itu, kita juga harus turut mendukung UMKM kerajinan, karena di balik setiap karyanya ada warisan budaya yang nggak boleh punah.
Nah, kalau kamu suka barang-barang jadul yang penuh nostalgia, jangan lupa cek koleksi di outlet atau e-commerce Judal Jadul. Kami menyediakan berbagai jenis produk hasil UMKM yang semuanya bisa bikin harimu makin seru, lho. Selamat bernostalgia!
ubur-ubur ikan lele
legend banget lee~
Kalo minum Aer putih dari kendi…seegggeerrnya….👍